Sabtu, 14 November 2015

Selamat Jalan Jiwa yang Disucikan

Tahun 2015, sama-sama di Bulan Pebruari. Selang setahun setelah kepergian anak ke-4 kami, belahan jiwa yang senantiasa menemani telah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Tanggal 3, dini hari jam satu engkau menghembuskan nafas terakhirmu, di Rumah Sakit Umum Daerah Serang. Setelah sebelumnya engkau dengan bersusah payah mengeluarkan bayi dalam rahimmu, yang terlahir dalam keadaan terbujur kaku, di Rumah Sakit arah Kramat Watu. Rasa tidak percaya sempat terlintas di pikiranku. Hanya aku yakini engkau menghembuskan nafas terakhirmu di depanku, beberapa para medis, dan kawan-kawan yang meneman.
Belum begitu pulih kesadaranku, yang aku usahakan harus tegar menghadapi ini semua. Mengurus tiga anak yang masih kecil. Setelah selesai semua administrasi di RSUD Serang, engkau pun dibawa oleh mobil ambulance. Aku terduduk lunglai di mobil lain bersama kawan-kawan, sembari terus berdzikir mengingat nama-Nya. Mobil APV yang aku tumpangi sampai di pekarangan rumah. Begitu turun terasa lemah jasad ini. Ku salami kawan-kawan, ku mintakan kepada mereka untuk memberi maaf atas segala kesalahanmu semasa kau bersama kami.
Prosesi pengurusan jenazahmu baru dimulai ba'da shalat Shubuh, dikarenakan sulitnya mendapatkan kain kafan. Aku ikut memandikan jasadmu, berkali-kali istri Ust. Badru (alm) berkata bahwa begitu bersih kulitmu dan lebat serta hitam rambutmu. Sebelum wajahmu tertutup kain kafan, beliau membolehkan terakhir kali kami keluarganya melihatmu, pandangan yang terakhir untukmu untuk melihat kami, suami dan anak-anakmu. Aulia, anak pertamamu menangis tersedu-sedu, melihat kau terbujur kaku. Kukecup keningmu untuk terakhir kali, tanda perpisahan sampai hari penantian tiba.
Sekira pukul setengah delapan pagi jenazahmu dibawa ke Masjid Ash-Shubr untuk dishalati. Beberapa tokoh diminta hadir untuk memimpin shalat janazah, sekaligus untuk memberi kesaksian atas kesyahidanmu. Selanjutnya engkau disiapkan untuk perjalananmu ke pemakaman terakhirmu di tempat kelahiranmu di Gunung Cupu, Ciamis. Memang, amanahmu menginginkan untuk dikuburkan di Serang. Hanya sebagai Kepala Keluarga aku membuat keputusan engkau lebih layak di kebumikan di kampung halamanmu. Selain karena di tempat hijrah belum siap secara sosial. Ada begitu banyak yang kehilangan disana, di tempat lahirmu. Biarlah kami yang akan menziarahimu setiap kali kami merindukanmu.
Ba'da Dzuhur jenazahmu dikebumikan. Dihantar oleh seluruh keluarga yang begitu kehilangan. Bahkan begitu banyak warga yang menshalatimu. Rasa itu tak bisa tergambarkan, antara kehilanganmu, atau bangga atas kesyahidanmu. Pernah ku berbicara padamu akan keutamaan mati syahid, salah satunya adalah ibu yang melahirkan anaknya kemudian meninggal. Aku bilang, "Tidak mudah bagi seseorang untuk mati sebagai syuhada." Ternyata engkau telah dipilih oleh-Nya untuk mendapatkan gelar itu. Kami adalah saksi kegigihanmu, kedermawananmu, keuletanmu, kesabaranmu, keistiqamahanmu, dalam mendampingi suami dan anak-anakmu. Engkau adalah sahabat, istri, kakak, adik, saudara yang kesekian yang Allah panggil sebagai pengingat kami dalam mempersiapkan hari perjumpaan yang telah Allah janjikan. Nantikan kami di Surga yang telah Allah janjikan. Wahai Allah terimalah segala amal shalih istri, sahabat, kakak, adik, saudara kami almarhumah Aam Muthaharah binti Mamad Asy'arie,
Kami yang berduka dan berbahagia

Deris Andrian bin Eso Sunarya (alm)  (Suami)
Fitri Aulia Khairunnisa (anak)
Ahmad Hilyatul Aulia al-Muzakky (anak)
Fayza Nurul 'Arfah (anak)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar